05 DESEMBER 2012
@adharta.com
Uang bisa membeli segalanya kecuali cinta
Seminggu
ini kita disibukkan dengan berita sanering (pemotongan nilai uang) dari
Rp. 1.000,- menjadi Rp. 1,-. Seperti kejadian 40 tahun dan 50 tahun
yang lalu. Indonesia pernah mengalami uang bisa digunting bagi dua jadi
kalau Rp. 100.000,- digunting maka nilainya tetap berlaku separuh, lalu
tahun 1966 Uang Rp. 1000,- menjadi Rp. 1,-
Saya tidak mengerti soal uang, tapi saya merasakan dampak dari sanering
ini, yang terang banyak yang menderita khususnya orang kecil, karena
negara akan mengalami inflasi besar-besaran. Orang yang punya uang atau
deposito bakalan mengalami masalah karena jatuhnya nilai mata uang
secara drastis.
Memang uang adalah uang. Uang bisa buat susah bisa buat senang. Uang
bisa buat selamat bisa buat celaka. Mengapa uang begitu kuat menguasai
kehidupan manusia? Tanpa uang seakan-akan tamatlah sudah kehidupan ini.
Semua butuh uang, sampai kalau kita bilang “It’s not a matter of
money” kita sudah bicara tentang money atau uang.
Sedemikian kuatnya pengaruh uang terhadap manusia sampai merontokkan
pemikiran hiidup sekalipun dalam bidang rohani. Apa yang terjadi kalau
gereja tidak. ada uang karena kantong kolekte kosong! Tidak
terbayangkan.
Pemikiran saya sebagai berikut. Pertama, uang itu adalah suatu alat
untuk mencapai suatu kebutuhan, tapi penyalahgunaan uang bisa berdampak
bagi kehidupaan kita. Sampai bisa menjual diri demi uang. Oleh karena
itu, uang harus ditempatkan dalam proporsi tersendiri dalam kehidupan.
Jadi, saat pemakaiannya juga secara terpisah dan dikelola secara baik.
Ambil contoh kita punya uang 10 juta maka letakkan uang itu di tempat
tersendiri. Anggap kita tidak memilikinya, sehingga uang itu tidak
menguasai kita tetapi kita yang menguasainya. Lalu kita tentukan
penggunaannya. Untuk makan, sewa rumah, kepentingan anak dan semua
pengeluaran. Itu pun maksimal hanya 70 persen saja sedangkan 30 persen
harus ditabung.
Pernah saya bicara dengan seorang sahabat. Dia tidak setuju dengan
pendapat saya katanya untuk makan saja tidak cukup kok memikirkan
menabung. Pemikiran ini benar tapi sekaligus salah jadi tergantung di
mana hati. Kita itu “MAU”. Kalau mau maka semuanya bisa.
Kedua, anggaplah uang itu adalah pemberian Tuhan, sehingga seberapa
besar pun kita terima kita harus mempertanggung jawabkan kepada yang
memberi, dengan hati yang tulus dan penuh syukur. Terima kasih maka
saya yakin uang ini tidak akan menguasai kehidupan kita.
Ketiga, jangan lupa sebagian uang kita adalah milik orang miskin, bukan
seratus persen milik kita. Pandanglah ke bawah, berapa banyak manusia
yang kurang beruntung. Pantaskah kita memakai hak mereka untuk
kepentingan kita secara tidak wajar. Pemikiran ini sekaligus akan
menghantar kita ke kehidupan penuh damai sejahtera.
Terakhir, suka atau tidak suka, kita harus menjadikan uang adalah sumber
kebahagiaan, damai dan sejahtera, dan sumber pemersatu keluarga. Kalau
uang menjadi pemecah keluarga, perebutan harta, dan kebencian maka
haruslah kita hindari, sehingga uang akan berubah menjadi alat tukar
bukan secara jasmaniah saja tetapi sekaligus alat tukar rohaniah.
"Money...."
BalasHapusKalau mendengar kata uang pasti mata kita langsung ijo :D
Kalau ada yang bilang, "uang bukan segalanya" bisa di bilang itu orang bohong banget.hehehe...
Kenapa tidak? Kalau di pikir pake logika "UANG" itu adalah segalanya, karena tanpa uang kita tidak mungkin bisa hidup. Di dunia semua memakai uang, tanpa uang kita bukan apa-apa.
Seperti artikel diatas tertulis "Uang bisa buat susah bisa buat senang. Uang bisa buat selamat bisa buat celaka", uang memang penting tapi bukan berarti uang itu prioritas dalam hidup kita. Tetap yang priorotas adalah Tuhan, jadi jangan sampai menjadi "Hamba Uang"